Translate

Minggu, 28 Februari 2016

Perjalanan Śiva Siddhānta di India.

Sumber Ajarannya :
          Ada beberapa sumber ajaran Siva Siddhanta di India yaitu Veda, Saiva Agamas, serta sumber tertulis lainnya yang digunakan (Subagiasta, 2002:43). Jadi selain sumber tersebut bahwa da juga sumber yang penting lainnya berupa agamas, puranas, ithiasa, upanisad, yoga dan sebagainya.
          Saiva Siddhanta merupakan filsafat dari Saivaisme bagian selatan yang bersumber tidak dari penyusun tunggal, yang merupakan jalan tengah adwaita-nya Sankara dan Wasista-advaita-nya Ramanuja. Kepustakaannya terutama terdiri dari:
1.       28 buah tentang Saiwita Agama.
2.       Kumpulan dari puji-pujian Saiwaita yang dikenal sebagai Trimurti.
3.       Kumpulan tentang kehidupan orang-orang suci Saiwita, yang dikenal sebagai periyapurana.
4.       Siwajnanabodhamnya Meykandar.
5.       Siwajnanasiddhiyar-nya Arulandi  
6.       Karya-karya dari Umapati (Subagiasta, 2006:29).
Ajarannya  :
          Ajaran pokok dari filsafat Saiva Siddhanta yaitu bahwa Siwa merupakan realitas tertinggi dan jiwa atau roh pribadi adalah intisari yang sama dengan Siwa, tetapi tidak identik. Pati (Tuhan), Pasu (roh) dan Pasa (pengikat) dan 36 tattwa atau prinsip yang menyusun alam semesta, kesemuanya nyata (Subagiasta, 2006:30).
          Siwa merupakan ciri realitas tertinggi, merupakan kesadaran yang tak terbatas, yang abadi, tanpa perubahan, tanpa wujud, merdeka maha kuasa, ada dimana-mana, maha tahu, tanpa awal, tanpa penyebab, selalu bebas, selalu murni dan sempurna. Ia tidak dibatasi oleh waktu yang merupakan kebahagian dan kecerdasan yang tak terbatas, bebas dari cacat, maha pelaku, dan maha mengetahui. Lima kegiatan Tuhan (Panca Krtya) adalah : srsti (penciptaan), sthiti (pemeliharaan), samhara (penghancuran), tirobhawa (menutupi) dan anugraha (karunia), yang secara terpisah dianggap sebagai kegiatan dari Brahma, Wisnu, Rudra, Maheswara, dan Sadasiwa.
Tempat Pemujaannya :
          Tempat pemujaan umat Hindu di India termasuk bagi pengikut Saiwa Siddhanta dinamakan dengan Mandir. Istilah laninya bisa disebut dengan Dewalaya. Sebagai sentra pemujaan Siwa di India jika di daerah Uttra Pradesh dinamai kota Kasi. Para umat pada umumnya mengatakan dengan nama kita Siva. Oleh karena disana para umat Hindu memuja Bhatara Siwa, maka nama Mandirnya yaitu Visvanath Mandir. Ada juga trerdapat tempat suci yang sangat megah untuk pemujan Dewa Siwa yakni Golden Temple yang terletak di tengah-tengah kota Benares di dekat sungai Gangga.
          Dalam praktek kehidupan beragama Hindu bahwa pada setiap rumah tangga juga terdapat untuk pemujaan Dewa Siwa berupa altar atau sejenis pelangkiran bagi umat Hindu di Bali. Pada masing-masing altar itu juga disediakan tempat khusus untuk menempatkan sesaji, sarana pemujaan dan hal lain yang diperlukan. Umumnya disiapkan ruangan khusus yang memang disucikan (Subagiasta, 2006:30-31).
Penerapan Saiva Siddhanta di India :
          Penerapan Saiva Siddhanta di India dapat dilihat dalam praktek nyata kehidupan beragama Hindu di India secara sosiologisnya nampak dengan jelas. Kemudian pada religiusnya terlihat dalam praktek pemujaan (upasana atau puja), yang paling rutin dilaksanakan yaitu di suatu Mandir, baik di tingkat perseorangan maupun di tingkat komunal. Ada dua cara penerapannya yaitu dengan cara sarana, sadhana, material, upakara, banten/bali, atau simbol-simbol tertentu yang dinamai pratika atau saguna upasana. Sedangkan cara penerapan yang lainnya adalah ahamgraha upasana atau nirguna upasana. Cara ini dilakukan dengan cara meditasi pada patung, arca, pratima, gambar/citra, dewa-dewi, aksara atau hal yang dapat meningkatkan kualitas meditasi menuju spiritual yang paramaartha serta paramisa.
          Penerapan agama Hindu di India ada yang dinamai sepuluh samskara meliputi: Garbhadana samskara (mensucikan kegiatan penciptaan), Pumsavana samskara (ucapan mantra-mantra kandungan berumur bulan ketiga bagi anak), Simantonnayana samskara (pengucapan mantra weda pada saat kandungan berumur tujuh bulan), Jatakarma samskara (upacara segera kelahiran anak), Namakarana samskara (upacara pemberian nama anak), Annaprasana samskara (pemberian makanan pertama kali saat berumur enam bulan), Cudakarana samskara (upacara pencukuran rambut pertama kali bagi anak), Upanayana samskara (upacara mendekatkan anak untuk belajar pada gurunya), Samavartana samskara (upacara mengakhiri masa belajar agama atau weda), dan Vivaha samskara (upacara perkawinan atau masa berumah tangga). Penerapan Saiva Siddhanta di Bali hamipr sama dengan di India seperti konsep Panca Yadnya untuk Homa untuk Dewa Yadnya, tarpana atau srddha untuk pitra yadnya, belajar weda atau brama untuk resi yadnya, bali untuk Bhuta Yadnya, dan penghormatan atau keramahtamahan untuk Manusa Yajnya (Subagiasta, 2006:31-33).
Pengikutnya :
          Pengikut dari Siva Siddhanta pada umumnya adalah para bhakta Siva. Terutama umat Hindu di berbagai pelosok di negara bagian India. Pengikut lainnya adalah para Brahmana  dan Tamil Nadu. Di Tamil Nadu sebutan pengikut Siva Siddhanta  dinamai Gurukkal. Ada juga dinamai pengikut dalam sebutan dasnama sannyasin, tetapi pengikut ini tidak semua pemuja dan pengikut Siwa. Ada sebagaian yang memuja visnu atau dari paksa vaisnawa. Sisanya lagi dari para bhakta yang ada di India. Jadi yang dinamai dasanama sannyasin itu adalah para bhakta atau umat Hindu India yang memiliki kepercayaan yang sangat kuat baik terhadap Dewa Siwa, sebagian lagi kepada Dewa Visnu, pemuja Rama, pemuja Anomana, serta pemuja lainnya sesuai ista dewata dalam agama hindu (Subagiasta, 2006: 33-35).
Hari Sucinya :
          Di Indonesia dan juga di Bali bahwa perayaan suci agama Hindu nampak ada persamaan dan sedikit perbedaan. Ada yang sama dalam sebutan perayaan sucinya seperti : perayaan Siwaratri, perayaan Saraswati, Purnima atau  Purnama, Amavasya atau Tilem. Cara yang lazim dilakukan ada saat perayaan suci adalah dengan melakukan upawasa selama sehari penuh bahkan lebih dari sehari bhakta yang telah mampu melaksanakannya. Setiap perayaan suci diikuti dengan upawasa tersebut.
          Bilamana pada saat Siwaratri dan Maha Siwaratri yang dipuja adalah Dewa Siwa. Pada saat itu para bhakta melakukan pemujaan kehadapan Dewa Siwa. Kalau di India perayaan Siwaratri dilakukan sekitar bulan kapitu atau dinamai Sasi Marga sekitar bulan Januari dan Februari pada setiap tahunnya.Saat itulah umat hindu datang ketempat suci seperti mandir, ada yang ke campuan yakni tempat suci berupa pertemuan sungai . Disanalah umat Hindu atau pengikut Siva Siddhanta melakukan penyucian diri (kalau di Bali melukat, mesiram, melasti). Tempat suci sangam merupakan pertemuan dari tiga sungai suci Hindu yang bernama sungai Gangga, sungai Yamuna, dan sungai Saraswati, jadi ketiga sungai suci itu dinamai triveni atau trinadhi.
Hari suci yang lainnya lagi adalah pemujaan kehadapan sakti Siwa yang dinamai Durga Puja yakni hari suci untuk memuja Dewi Durga sebagai ibu suci dan ibu niskala yang memberikan kekuatan lahir batin terhadap umat Hindu. Dalam tradisi india ada yang disebut nawaratripuja yaitu pemujaan selama Sembilan hatri sembilan malam terhadap Dewa Siwa dan Dewi Durga. Praktek pemujaannya adalah dengan vrata/brata, yang dalam bahasa Hindinya dinamai ‘bret’ artinya tidak makan dalam kurun waktu yang diingini oleh para bhakta (Subagiasta, 2006:35-38).
Orang Sucinya :
          Orang suci umat Hindu yang ada di India ada yang dinamai pandit. Kata pandit (bahasa Hindi) sedangkan dalam bahasa Sansekerta disebut pandita. Kalau di Indonesia disebut “Pendeta” yakni orang suci yang memimpin suatu upacara keagamaan Hindu. Tidak saja itu juga diagama non Hindu juga menamai ‘Pendeta’. Dalam kenyataan masyarakat Hindu di Bharatiya bahwa peran orang suci adalah sangat menentukan oleh kalangan Brahmin, maka peran para orang suci sangat menentukan orang suci kalau di Bharatiya sangat dihormati dan disucikan oleh umat Hindu. Terutama bagi pengikut Saiva Siddhanta bahwa para pemuja Siva dan bhakta Siva begitu berbakti kepada orang suci.  Sesuai kepercayaan umat Hindu yang bersumber pada ajaran Veda bahwa orang suci Hindu ada dikenal dengan nama sapta resi. Ketujuh resi penerima wahyu yaitu Gratsamada, Wiswamitra, Wamadewa, Atri, Bharadwaja, Wasistha, dan Maha Resi Kanwa.
Menurut tradisi Hindu. Maharesi terbesar dan sangat banyak jasanya dalam menghimpun dan mengkodifikasi Weda adalah Maharesi Wyasa. Selain itu juga ada dinamai maharesi penyusun catur veda samitha yakni Maharesi Paila (Pulaha) sebagai penyusun Rgweda samitha, Maharesi Waisampayana sebagai penyusun Yajurweda samitha, Maharesi Jamini sebagai penyusun Samaweda samitha, dan Maharesi Sumantu sebagai penyusun Atharwaweda samitha (Subagiasta, 2006:38-39).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar