Translate

Rabu, 10 Agustus 2016

Jenis – jenis Hari Suci Dalam Agama Hindu

1. Hari raya /yadnya dilakukan setiap hari. Sebagai contoh para sulinggih melakukan Surya Sewana, umat Hindu melakukan Tri Sandhya, Yoga Yadnya, Swadhyaya Yadnya, dan Dyanayadnya. Yang harus dilakukan tiap hari adalah Yadnya Sesa

2. Hari raya berdasarkan pertemuan Tri Wara dengan Panca Wara Artinya persembahan yang dilakukan pada pertemuan antara hari Kajeng (Tri Wara), dan Kliwon (Panca Wara) sehingga didapatkan hari suci Kajeng Kliwon. Kliwon datangnya setiap lima hari sekali, Sang Hyang Siwa bersemedi,pemujaan terhadap sang Hyang Siwa. Kajeng Kliwon datang setiap 15 hari sekali,pemujaan terhadap Sang Hyang Siwa

3. Hari Raya Berdasarkan pertemuan Sapta Wara dan Panca Wara Artinya persembahan dilakukan pada pertemuan Sapta Wara denga Panca Wara, antara lain sebagai berikut:
1. Anggara Kliwon disebut pula Anggara Kasih, pada hari ini beryoga Sang Hyang Rudra.
2. Budha Wage disebut juga Budha Cemeng, beryoga Sang Hyang Manik Galih menurunkan Sang Hyang Ongkara Amertha di bumi ini. Yadnya dipersembahkan kepada sang Hyang Sri Nini, agar diciptakan kemakmuran dunia
3. Budha Kliwon, hari ini namanya sering disesuaikan dengan wukunya. Hari Budha Kliwon adalah hari penyucian Sang Hyang Ayu atau sang Hyang Nirmala Jati Sehingga persembahan ditunjukkan padanya 4. Saniscara Kliwon hari ini namanya sering disesuaikan dengan nama wuku.Persembahan ini ditujukan kepada Sang Hyang Parameswara

4. Hari Raya Berdasarkan Pawukon Hari raya berdasarkan pawukon adalah hari raya yang perhitungannya berdasarkan wuku, antara lain : No Wuku Sapta wara Panca wara Hari Raya
1. Sinta Radite Pahing Banyu Pinaruh Soma Pon Soma Ribek Anggara Wage Sabuh mas Budha Kliwon Pagerwesi
2. Landep Saniscara Kliwon Tumpek Landep
3. Ukir Radite Umanis Persembahan Bhatara Guru Budha Wage Budha cemeng Ukir
4. Kulantir. Anggara Kliwon Anggara kasih kulantir
5. Tolu
6. Gumbreg
7. Wariga
8. Warigadean Budha Wage Budha Cemeng Warigadean.
9. Julungwangi Anggara Kliwon Anggara kasih Julungwangi
10. Sungsang Wraspati Wage Sugihan jawa Sukra Kliwon Sugihan bali
11. Dungulan Anggara Wage Penampahan Galungan Budha Kliwon Galungan
12. Kuningan Radite Wage Ulihan Soma Kliwon Pemacekan Agung Sukra Wage Penampahan Kuningan Saniscara Kliwon kuningan

Prinsip - Prinsip Pokok Hari Suci Hindu

Untuk menentukan hari suci, didasarkan atas beberapa perhitungan, diantaranya Wewaran, Pawukon, penanggal, panglong, dan sasih. Hal ini banyak dijelaskan didalam Wariga yaitu pedoman untuk mencari ala-ayuning (baik-buruknya) hari atau dewase. Berbagai macam proses, prinsip dan ketentuan yang melatarbelakangi perhitungan dan pelaksanaan atau perayaan hari-hari suci agama Hindu. Adapun dasar perhitungan yang dimaksud seperti : 1. Sistem perhitungan wara, yaitu perhitungan yang didasarkan atas adanya wewaran, misalnya perpaduan antara Tri Wara dengan Panca Wara dan Sapta Wara. 2. Sistem perhitungan wuku, yaitu perhitungan hari Suci yang didasarkan atas pawukon, yakni dai wuku sinta sampai dengan watugunung. 3. Sistem pranatamasa, yaitu perhitungan hari suci yang didasarkan atas sasih. 4. Sistem tithi, yaitu perhitungan hari suci yang dihubungkan dengan peredaran bulan, seperti purnama dan tilem. 5. Sistem naksatra, yaitu hari suci yang dirayakan berdasarkan perhitungan musim atau yang bersifat musiman. 6. Sistem yoga, yaitu hari suci yang dirayakan berdasarkan perhitungan letak letak tata surya atau planet-planet angkasa. Mengingat keberadaan planet-planet tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan terutama manusia. 7. Sistem karana, yaitu hari suci yang dirayakan berdasarkan perhitungan pertemuan antar bulan dengan matahari. Demikian dasar perhitungan pelaksanaan hari suci agama Hindu yang dirayakan setiap 15 hari, 30 hari, 35 hari, 210 hari, dan 360 hari sekali. Perayaan hari-hari suci yang dimaksud sudah tentu memiliki tujuan yang ingin diwujudkan yakni “keselamatan/kerahayuan” bhuwana alit dan bhuwana agung sebagaimana tersuratkan dalam kitab suci Weda yakni terwujudnya moksartham jagadhita ya ca iti dharma.

Pengertian Hari Suci Menurut Agama Hindu

         Hari suci atau rerahinan adalah hari yg diperingati atau di istimewakan berdasarkan kenyakinan bahwa hari itu mempunyai makna bagi kehidupan seseorang/masyarakat karena pengaruhnya dan karna nilai-nilai didalamnya. Bila peringatan hari suci itu dilakukan secara rutin maka acara itu disebut Rerahinan atau sehari-hari. Bila kita pelajari acara rerahinan ini maka hari-hari suci itu ada pada siklus tertentu, dan mempunyai hari puncak dimana hari puncak itu akan kembali kehari permulaan. Hari suci yang dirayakan oleh seluruh umat disebut hari raya atau rerahinan gumi (jagat). Sedangkan hari suci yang dirayakan oleh kelompok-kelompok tertentu disebut dengan nama odalan atau piodalan. Piodalan atau pawedalan berasal dari kata Wedal yang artinya lahir. Jadi pawedalan atau piodalan merupakan hari suci untuk memperingati kelahiran sesuatu (bukan manusia) atau hari jadi suatu Pura (Karena piodalan biasanya ditujukan untuk tempat suci atau sesuatu lainnya seperti Hari suci Galungan disebut sebagai hari pawedalan jagat.

Pengertian Penanggal dan Panglong

Perhitungan baik buruknya hari berdasarkan atas penanggal dan panglong :

1. Tanggal atau pananggal disebut juga Sukla Paksa yang berarti bulan terang (setelah bulan mati) yaitu hari-hari setelah tilem seperti hari pertama setelah tilem disebut tanggal apisan (tanggal 1), hari kedua tanggal pindo (tanggal 2) dan seterusnya sampai tanggal 14 yang disebut purwani, dan tanggal 15 disebut Purnama.

2. Panglong disebut juga Kresna Paksa yang berarti bulan gelap (waktu bulan gelap) yaitu hari-hari setelah Purnama, seperti hari pertama setelah purnama disebut panglong apisan (panglong 1), hari kedua disebut panglong 2 dan seterusnya sampai panglong 14 yang disebut juga purwani dan panglong 15 disebut tilem. Tanggal atau penanggal dan panglong itu mempunyai perhitungan baik dan buruk hari (ala-ayu), disamping itu ada pula perhitungan sedang (tidak baik dan tidak buruk atau madia). Demikian pula apabila pananggal panglong itu bertemu dengan sapta wara, panca wara, sasih, dan yang lainnya, maka akan muncul padewasan baik dan buruk (ala-ayu).

Manfaat Sembahyang Menurut Agama Hindu

Sembahyang yang dilakukan oleh umat Hindu memiliki banyak manfaat, diantaranya adalah:
1. Meningkatkan kesucian hati dan pikiran
2. Menumbuhkan keikhlasan
3. Menumbuhkan rasa aman
4. Memperoleh ketenangan jiwa
5. Menumbuhkan cinta kasih
6. Mengatasi perbudakan material
7. Melestarikan alam semesta
8. Memelihara kesehatan jasmani

Tata Cara Persembahyangan Yang Benar Menurut Agama Hindu

Adapun langkah-langkah persiapan dalam rangka sembahyang perlu diketahui antara lain:

1. Asuci laksana yaitu membersihkan badan, pakaian, dan yang lainnya.

2. Mempersiapkan sarana

3. Menentukan tempat duduk sesuai kenyamanan masing-masing

4. Menentukan sikap sembahyang sesuai situasi dan kondisi (Silasana atau Bajrasana)

5. Pranayama, yaitu pengaturan nafas

6. Karasudhana : menyucikan badan dengan Mantra

7. Puja Trisandya.

8. Kramaning sembah/Panca Sembah 
a) Sembah Puyung, ditujukan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi/Sang Hyang Siwaraditya. Dengan mantra sebagai berikut :
“Om atma tattwatma suddha mam swaha”.

b) Menyembah Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai Sang Hyang Aditya. Dengan mantram
“Om adityasya paramjyoti, rakta teja namo stute, sweta pankaja madhyastha,bhaskara ya namo stute”.

c) Memuja Ista Dewa, dalam prabhawanya sebagai Siwa, dengan mantra
“Om nama dewa adhisthanaya sarwa wyapi wai siwaya, padmasana eka prathishaya, ardhanareswarya namo namah.

d) Menyembah Tuhan sebagai pemberi anugrah, dengan mantra
“Om anugraha manohara, dewa dattanugrahaka, arcanam sarwa pujanam namah sarwa nugrahaka.

e) Sembah puyung, dengan mantra
“Om dewa suksma parama acintya ya nama swaha.

9. Mohon Tirtha.

10. Mohon Bija.

Sarana Sembahyang Menurut Agama Hindu

        Pada saat sembahyang, umat biasanya mempergunakan sarana tertentu baik yang bersifat niskala (tidak nampak) berupa pikiran, keyakinan/kepercayaan. Sedangkan sarana yang berbentuk sekala (nyata) diantaranya seperti diuraikan dalam kitab Bhagavad Gita, IX.26, disebutkan bahwa sarana yang dipergunakan berupa Dipam (Api), Patram (Daun), Puspam (Bunga), Phalam (Buah) dan Toyam (Air). Setiap persembahan tersebut memiliki makna tersendiri, misalnya bunga. Bunga sebagai persembahan mengandung makna kesucian, dan cinta kasih

Pengertian dan Tujuan Sembahyang Menurut Agama Hindu

      Kata Sembahyang dinyatakan berasal dari bahasa Jawa Kuna, dari Kata “Sembah” dan “Hyang”. Kata “sembah” berarti menghormat, takluk, menghamba, dan permohonan. Dan “Hyang” berarti dewa, dewi, terhormat dan suci. Sembahyang dapat diartikan, menghormat atau takluk kehadapan para dewa-dewi sebagai manifestasi Tuhan Yang Maha Esa guna memohon kesucian lahir dan bathin.
      Ada beberapa hal penting yang terkandung didalam aktivitas yang dilakukan Oleh umat sedharma,yaitu sebagai berikut;

1. Sembahyang sebagai suatu pernyataan bahwa umat sedharma memiliki kenyakinan,seabab yang dipuja(Tuhan) itu ada. Memuja Tuhan berarti mengagungkan dan menyanjung nama Tuhan. Umat bersikap tenang ,aktif,dan kreatif karena memiliki pandang bahwa aktifitas yang dilakukan ialah atas nama Tuhan.

2. Sembahyang merupakan suatu pernyataan dari umat bahwa dirinya menyadari akan keterbatasan dan kelemahan yang dimilkinya .Hal ini dapat menimbulkan sikap rendah hati,hormat,cinta kasih,sabar suka bersahabat oada diri pribadi setiap umat.

3. Sembahyang merupakan salah satu wujud dari aktifitas hidup manusia beragama .Kitab suci weda menyebutkan ada 4 tujuan hidup manusia ,tujuan tersebut adalah catur Purusartha.Tujuan itu akan tercapai apabila dilaksanakan berdasarkan aturan-aturan agama ada dan berlaku dalam kehidupan ini.Sastra-sastra agama merupakan sumber pentunjuk umat sedharma melakukan persembahyangan.

4. Sembahyang dapat menghantarkan umat untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin .Sembahyang kehadapan Tuhan beserta manifestasinya merupakan landasan umat mendapatkan kesejahteraan jasmani dan kebahagiaan rohani. Keputusan seminar kesatuan tafsir terhadap aspek-aspek agama Hindu kedelapan tahun 1982,khusus mengenai kramaning sembah dalam Panca Yadnya menyebutkan bahwa yang menyebutkan bahwa yang dapat disembah adalah sebagai berikut :

a. Ida Shang Hynag Widhi Wasa

b. Para Dewa-dewa

c. Para Rsi atau maha rsi

d. Para bhatara dan leluhur

e. Manusia
f. Para bhuta Tujuan umat melaksanakan persembahyangan antara lain;
1. Untuk mewujudkan rasa bakti kepada Tuhan Yang Maha Esa beserta manifestasinya.
2. Memohon keselamatan,pengampunan,dan petunjuk menujun hidup yang lebih baik
3. Menyerahkan diri secara bulat karena menyadari akan kelemahan dan keterbatasannnya
4. Untuk mengadakan penebusan atas dosa yang dimilki oleh umatnya
5. Menyucikan diri secara lahir dan batin
6. Untuk menyebrangkan manusia dari keadaan sekarang menuju hidup yang utama,yaitu dharma,artha,kama,dan moksa.
7. Mendapatkan tingkat kesucian dan rahmat dari Tuhan
8. Menolobg dan menyelamatkan makhluk-makhluk lainnya menuju kelepasan
9. hal-hal lainnya yang tidak bertentangan dengan ajaran agama

Nawawidha Bhakti

Dalam Bhàgavata Puràna (VII.52.23) 
disebutkan ada 9 jenis Bhakti, yang terdiri dari :

1. Sravanam yaitu mempelajari keagungan Tuhan Yang Maha Esa melalui membaca atau mendengarkan pembacaan kitab-kitab suci,

2. Kìrtanam yaitu mengucapkan / menyanyikan nama-nama Tuhan Yang Maha Esa,

3. Smaranam yaitu mengingat nama-Nya atau bermeditasi tentang-Nya,

4. Pàdasevanam yaitu memberikan pelayanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, termasuk melayani, menolong berbagai mahluk ciptaan-Nya,

5. Arcanam yaitu memuja keagungan-Nya,

6. Vandanam yaitu sujud dan kebhaktian,

7. Daasya yaitu melayani-Nya dalam pengertian mau melayani mereka yang memerlukan pertolongan dengan penuh keikhlasan,

8. Sàkhya yaitu memandang Tuhan Yang Maha Esa sebagai sahabat sejati, yang memberikan pertolongan ketika dalam bahaya dan

9. Àtmanivedanam yaitu penyerahan diri secara total kepada-Nya.

Jenis- jenis Susila Agama Hindu

1. Tri Kaya Parisudha a. Manacika : berpikir yang baik dan benar b. Wacika : berkata yang baik dan benar c. Kayika : berbuat yang baik dan benar 2. Tri Parartha a. Asih : cinta Kasih b. Punia : berbagi c. Bhakti : kepatuhan an ketaata yang didasari oleh cinta kasih 3. Catur Paramitha a. Maitri : bersahabat b. Karuna : penuh Kasih c. Mudita : ceria, gembira d. Upeksha : berhati hati, intropeksi diri Panca Yama Brata dalam Lontar Wratisasana adalah lima jenis ajaran pengendalian diri yang terdiri atas : - Ahimsa artinya tidak membunuh-bunuh, - Brahmacarya artinya tidak kawin atau tekun menuntut ilmu pengetahuan, - Satya artinya berlaku benar dan jujur, - Awyawaharika artinya tidak bertengkar atau tidak berbuat yang rewel / gaduh, dan - Astenya artinya tidak mencuri atau tidak curang. Panca Niyama Brata dalam Lontar Wratisasana adalah lima jenis ajaran pengendalian diri pada tingkat lanjutan yang terdiri atas : - Akrodha artinya tidak marah kepada siapapun, - Gurususrusa artinya dapat berperilaku yang hormat dan sopan kepada sang guru atau acarya, - Sauca artinya dapat berlaku suci secara lahir dan batin, - Aharalaghawa artinya makan yang sederhana serta mengatur tata makanan yang baik dan benar atau tidak makan makanan secara sembarangan, dan - Apramada artinya tidak berperilaku yang lalai atau salah terhadap semua hal yang dilakukan.

PENGERTIAN DHARMA GITHA DALAM AGAMA HINDU

Dharmagita merupakan salah satu media kesenian yang sangat menunjang dalam pemahaman ajaran agama dan meningkatkan kesadaran rohani. Hendaknya pembinaan kehidupan keagamaan di Indonesia dilakukan dengan mengembangkan serta memanfaatkan kesenian di masing – masing daerah, agar masyarakat lebih semarak dalam memahami agamanya. A. Pengertian Dharma Gita Dharmagita berasal dari bahasa Sansakerta dan terdiri dari dua kata yakni Dharma dan Gita. Dharma artinya kebenaran/kebaikan, kewajiban, hukum, aturan. Sedangkan Gita artinya nyanyian/lagu. Jadi, Dharma Gita berarti suatu nyanyian kebenaran yang biasa dilantunkan saat upacara keagamaan. Dharma Gita juga diartikan sebagai suatu seni keagamaan yang menggunakan media suara atau vocal dalam agama Hindu. Di dalamnya terdapat syair-syair yang sudah di ringkas sedemikia rupa dan penuh dengan ajaran keagamaan, kemudian dilantunkan dengan suara yang amat mempesona. Pelaksanaan Dharma Gita dilaksanakan pada upacara yadnya yang lagunya telah disesuaikan dengan masing-masing yadnya yang dipersembahkan. Dharma Gita merupakan bagian dari Panca Gita yang dibunyikan pada saat pelaksanaan yajna. Panca Gita adalah lima jenis suara atau bunyi yang mengiringi atau menunjang pelaksanaan yajna. Panca gita terdiri dari: 1. Getaran Mantram 2. Suara Genta 3. Suara Kidung 4. Suara Gamelan 5. Suara Kentongan (Kulkul). Kelima suara panca gita memberikan vibrasi keheninga, kesucian spiritual serta menumbuhkan imajinasi, kreativitas serta sebagai maha karya adhiluhung

Kekuatan Kebendaan dan Kejiwaan Dalam Agama Hindu

Kekuatan Kebendaan dan Kejiwaan Di dunia ini ada benda hidup dan ada benda mati. Bagaimana penjelasannya didalam Ajaran Hindu Dharma? Mari kita simak. Semoga bermanfaat. Galaksi Jagat Raya "Dari tapa yang dilakukan oleh Sang Hyang Widhi Wasa tersebut muncullah dua kekuatan asal yaitu kekuatan kejiwaan dan kekuatan kebendaan yang dinamai Purusa dan Prakerti/Pradana. Kedua kekuatan ini bertemu sehingga terciptalah alam semesta ini. tetapi ketahuilah anaknda, bahwa terjadinya ciptaan itu tidaklah sekaligus, melainkan tahap demi tahap dari yang halus kepada yang kasar. Mula pertama timbullah CITTA (alam pikiran) yang mulai dipengaruhi oleh Triguna yaitu SATWA, RAJAH, dan TAMAH. Kemudian timbullah BUDHI (naluri pengenalan). Kemudian timbul MANAH (akal dan perasaan) lalu timbul AHANGKARA (rasa keakuan). Setelah ini timbul DASA INDRIA (sepuluh sumber indria) yang terbagi menjadi dua yaitu PANCA BUDHI INDRIA dan PANCA KARMA INDRIA. PANCA BUDHI INDRIA terdiri dari: SROTA INDRIA yaitu rangsang pendengar; TWAKINDRIA yaitu rangsang pengecap; CAKSU INDRIA yaitu rangsang pengeliharan; JIHWA INDRIA yaitu rangsang perasa; GHRANA INDRIA yaitu rangsang penciuman. PANCA KARMA INDRIA terdiri dari: WAK INDRIA yaitu penggerak mulut; PANI INDRIA yaitu penggerak tangan; PADA INDRIA yaitu penggerak kaki; PAYU INDRIA yaitu penggerak pelepasan; UPASTHA INDRIA yaitu penggerak kemaluan. Setelah indria-indria ini munculah PANCA TAN MATRA (lima benih dari zat alam) yaitu SABDA TANMATRA yaitu benih suara; SPARSA TANMATRA yaitu benih rasa sentuhan; RUPA TANMATRA yaitu benih pengelihatan; RASA TAN MATRA yaitu benih suara; GANDHA TANMATRA yaitu benih penciuman. Dari Panca Tan Matra yang hanya merupakan benih dari zat alam terjadilah unsur benda materi yang nyata. Unsur-unsur nyata ini dinamai dengan PANCA MAHA BUTHA (lima unsur zat alam) yaitu: AKASA (ether), BAYU (gas), TEJA (sinar surya/api), APAH (zat cair), PERTIWI (zat padat). Kelima ini berbentuk Parama anu atau atom yang sebelumnya telah Guru jelaskan. Panca Maha Bhuta inilah yang berevolusi atau mengolah diri sehingga terbentuklah alam semesta ini yang terdiri dari Brahmanda-brahmanda seperti matahari-matahari, bulan, bintang-bintang, dan planet-planet termasuk bumi kita ini