Persiapan sembahyang meliputi persiapan lahir dan persiapan
batin. Persiapan lahir seperti pakaian, bunga, dupa, sikap duduk, pengaturan
nafas dan sikap tangan. Sedangkan persiapan bathin adalah ketenangan dan
kesucian pikiran. Langkah-langkah persiapan dan sarana-sarana sembahyang
(Sujana & Susila, 2002:27-28) adalah sebagai berikut:
1. Asuci laksana, yaitu membersihkan badan dengan
mandi.
2. Pakaian, hendaknya memakai pakaian sembahyang yang bersih
serta tidak mengganggu ketenangan pikiran dan sesuai dengan Desa Kala Patra
(waktu, tempat dan keadaan).
3. Bunga dan Kawangen, yaitu lambang kesucian sehingga
diusahakan memakai bungan yang segar, bersih dan harum. Jika dalam
persembahyangan tidak ada kawangen, maka dapat diganti dengan bunga. Menurut
Mangku Gede Darsa, pemangku Pura Parahyangan Jagat Kartta Gunung Salak Bogor,
kawangen berasal dari kata kewangi (keharuman) yang menunjukkan cinta harum
kita kepada Hyang Widhi. Beliau juga menambahkan bahwa kawangen juga
menyimbolkan alam bhuana agung, seperti bulan, matahari dan bintang. Bentuknya
yang segitiga menunjukkan apa yang kita mohon menuju pada diri kita.
4. Dupa, yaitu simbol Hyang Agni, saksi dan pengantar sembah
kita kepada Hyang Widhi.
5. Tempat duduk hendaknya tidak menggangu ketenangan untuk
sembahyang dan diusahakan beralaskan tikar dan sebagainya. Arah duduk adalah
menghadap pelinggih.
6. Sikap duduk dapat dipilih sesuai Desa Kala Patra dan
tidak mengganggu ketenangan hati. Ada empat yaitu padmasana, siddhasana,
sukhasana, dan bajrasana.
7. Sikap tangan yang baik pada waktu sembahyang adalah
“cakupang kara kalih”, yaitu kedua telapak tangan dikatupkan diletakkan di
depan ubun-ubun. Bunga atau kawangen dijepit pada ujung jari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar