BHUANA AGUNG DAN BHUANA ALIT
Bhuana Agung
Pengertian Bhuana Agung
Kata bhuana agung adalah istilah yang dipergunakan dalam agama hindhu untuk menyebutkan alam semesta atau alam raya. Bhuana agung juga disebut dengan istilah Makrokosmos,jagat raya, alam besar, dan Brahmanda. Semua gugusan: matahari, planet, bintang, bumi, bulan dan yang menjadi isi alam semesta ini disebut Bhuana Agung. Kitab Brhad aranyaka upanisad, menjelaskan bahwa bhuana agung diciptakan oleh Tuhan. Ida Sang Hyang widhi Wasa yang abstrak/ niskala dilukiskan dalam wujud personifikasi sebagai alam semesta ini.
ASAL MULA ALAM SEMESTA DAN UNSUR- UNSURNYA
Alam semesta juga disebut alam besar, alam raya, jagat raya Makrokosmos “ Bhuana Agung”. Kapan sesungguhnya semua itu tercipta, secara pasti tentu sangat sulit untuk mengetahuinya, lebih lebih bila dihubungkan dengan keberadaan umur manusia yang sangat terbatas adanya. Namun demikian, para ahli mencoba untuk menafsirkan keadaanya.
Alam semesta atu Bhuana Agung ini dahulu kala pernah tidak ada, lalu ada, kemudian tidak ada lagi dan demikian seterusnya berulang ulang kali. Pada saat alam semesta ini meng “ada” disebut masa “Srsti” atau “Brahmadiwa” (siang hari Brahma) dan ketika alam semesta ini meniada disebut “pralaya” atau “Brahma Nakta”( malam hari Brahma). Jika masa Srsti atau Brahmadiwa digabungkan dengan masa pralaya atau Brahma Nakta maka disebut satu harii Brahma atau satu “Kalpa”. Peristiwa mengadanya alam semsta ini berlangsung secara berjenjang, dari jenjang yang teramat gaib (niskala) atau halus sampai pada jenjang yang tampak berwujud (sekala) atau sangat kasar.
Pada mulanya tiada apa apa, yang ada hanyalah Tuhan yang disebut Paramasiwa atau nirguna Brahma yang berwujud sunyi sepi, kosong dan hampa. Kemudian tuhan Paramasiwa atau nirguna brahma menjadikan dirinya sadasiwa atau saguna brahma. Dalam keadaan demikian, tuhan telah menjadi atau berwujud Purusa atau Prakrti. Purusa adalah unsure dasar yang bersifat kejiwaan atau rohani, sedangkan Prakrti adalah unsure dasar yang bersifat kebendaan atau jasmani. Purusa dan Prakrti keduanya bersifat sangat halus, tidak dapat diamati dan tanpa permulaan.
Prakrti adalah asas kebendaan, memiliki Tri Guna: Satwam, Rajas, Tamas. Satwam adalah unsure Tri guna yang memiliki sifat dasar terang atau menerangi. Rajas adalah unsure Tri Guna yang memiliki sifat dasar aktif dan dinamis, sedangkan Tamas adalah unsure Tri Guna adalah unsure Tri guna yang memiliki sifat gelap atau berat. Sebagai akibat adanya kerjasama antara Purusa dan Prakrti tersebut menyebabkan kekuatan Tri guna menjadi tidak seimbang. Pada mulanya kekuatan Satwam lebih besar dari Rajas dan Tamas maka lahirlah yang disebut “ Mahat “. Yang berarti “Maha Agung”. Dari mahat ini muncullah Budhi. Budhi adalah asas atau benih kewajiban yang tertinggi, fungsinya adalah untuk menentukan keputusan. Budhi adalah bersifat Satwam sehingga keputusanya bersifat bijaksana. Selanjutnya dari budhi inilah lahir yang disebut dengan nama “ahamkara”, yaitu asas kedirian atau individualis. Kemudian dari ahamkara ini lahirlah yang disebut manas, yaitu akal atau pikiran yang berfungsi untuk berpikir. Bersumber dari manas selanjutnya lahirlah Panca tan matra. Panca tan matra adalah lima unsure zat yang bersifat sangat halus yang terdiri dari :
1. Sabda tan matra (sari suara)
2. Sparsa tan matra (sari rabaan)
3. Rupa tan matra (sari warna)
4. Rasa tan matra (sari rasa)
5. Gandha tan matra (sari bau)
Dalam perkembangan selanjutnya maka munculah Panca Maha bhuta. Panca Maha Bhuta adalah lima macam unsure zat alam yang bersifat kasar, terdiri dari :
Akasa (ether atau ruangan)
Wahyu (hawa atau udara)
Teja (api)
Apah (air)
Perthiwi (tanah)
Unsur-unsur Panca Maha Bhuta ini berevolusi serta menyempurnakan bentuknya maka terciptalah Brahmanda-brahmanda. Salah satunya adalah bumi kita ini. Bumi sebagai tempat mahluk hidup keberadaanya berlapis lapis. Lapisan menuju ruang jagat raya disebut Sapta Loka yang terdiri dari :
Bhur loka (alam manusia)
Bhuwah loka (alam pitra)
Swah loka (alam dewa)
Maha loka
Jana loka
Tapa loka
Satya loka
Tingkatan tingkatan lapisan tersebut terjadi sebagai akibat dari kuat atau lemahnya menuju panas inti bumi atau Kalagni Rudra disebut sapta patala, yang terdiri dari:
Patala (kulit bumi)
Watala
Nitala
Maha –tala
Sutala
Tala-tala
Rasa tala
Lebih dari sapta patala disebutkan masih terdapat 2 lapisan lagi yang disebut, Balaga darba Maha Naraka (ruang perantara di dalam bumi) dan kalagni rudra (ruang inti bumi) yang mempunyai suhu panas sangat hebat. Demikianlah sastra sastra agama menjelaskan tentang asal mula alam semesta beserta unsure unsurnya yang sangat halus bersumber dari Tuhan. Unsure tersebut dievokusi pada “Srsti” sehingga menjadi keras atau padat, dan nanti pada saat peleburan “Pralaya” dijadikan sangat halus oleh –Nya.
Pengertian Bhuana Agung
Kata bhuana agung adalah istilah yang dipergunakan dalam agama hindhu untuk menyebutkan alam semesta atau alam raya. Bhuana agung juga disebut dengan istilah Makrokosmos,jagat raya, alam besar, dan Brahmanda. Semua gugusan: matahari, planet, bintang, bumi, bulan dan yang menjadi isi alam semesta ini disebut Bhuana Agung. Kitab Brhad aranyaka upanisad, menjelaskan bahwa bhuana agung diciptakan oleh Tuhan. Ida Sang Hyang widhi Wasa yang abstrak/ niskala dilukiskan dalam wujud personifikasi sebagai alam semesta ini.
ASAL MULA ALAM SEMESTA DAN UNSUR- UNSURNYA
Alam semesta juga disebut alam besar, alam raya, jagat raya Makrokosmos “ Bhuana Agung”. Kapan sesungguhnya semua itu tercipta, secara pasti tentu sangat sulit untuk mengetahuinya, lebih lebih bila dihubungkan dengan keberadaan umur manusia yang sangat terbatas adanya. Namun demikian, para ahli mencoba untuk menafsirkan keadaanya.
Alam semesta atu Bhuana Agung ini dahulu kala pernah tidak ada, lalu ada, kemudian tidak ada lagi dan demikian seterusnya berulang ulang kali. Pada saat alam semesta ini meng “ada” disebut masa “Srsti” atau “Brahmadiwa” (siang hari Brahma) dan ketika alam semesta ini meniada disebut “pralaya” atau “Brahma Nakta”( malam hari Brahma). Jika masa Srsti atau Brahmadiwa digabungkan dengan masa pralaya atau Brahma Nakta maka disebut satu harii Brahma atau satu “Kalpa”. Peristiwa mengadanya alam semsta ini berlangsung secara berjenjang, dari jenjang yang teramat gaib (niskala) atau halus sampai pada jenjang yang tampak berwujud (sekala) atau sangat kasar.
Pada mulanya tiada apa apa, yang ada hanyalah Tuhan yang disebut Paramasiwa atau nirguna Brahma yang berwujud sunyi sepi, kosong dan hampa. Kemudian tuhan Paramasiwa atau nirguna brahma menjadikan dirinya sadasiwa atau saguna brahma. Dalam keadaan demikian, tuhan telah menjadi atau berwujud Purusa atau Prakrti. Purusa adalah unsure dasar yang bersifat kejiwaan atau rohani, sedangkan Prakrti adalah unsure dasar yang bersifat kebendaan atau jasmani. Purusa dan Prakrti keduanya bersifat sangat halus, tidak dapat diamati dan tanpa permulaan.
Prakrti adalah asas kebendaan, memiliki Tri Guna: Satwam, Rajas, Tamas. Satwam adalah unsure Tri guna yang memiliki sifat dasar terang atau menerangi. Rajas adalah unsure Tri Guna yang memiliki sifat dasar aktif dan dinamis, sedangkan Tamas adalah unsure Tri Guna adalah unsure Tri guna yang memiliki sifat gelap atau berat. Sebagai akibat adanya kerjasama antara Purusa dan Prakrti tersebut menyebabkan kekuatan Tri guna menjadi tidak seimbang. Pada mulanya kekuatan Satwam lebih besar dari Rajas dan Tamas maka lahirlah yang disebut “ Mahat “. Yang berarti “Maha Agung”. Dari mahat ini muncullah Budhi. Budhi adalah asas atau benih kewajiban yang tertinggi, fungsinya adalah untuk menentukan keputusan. Budhi adalah bersifat Satwam sehingga keputusanya bersifat bijaksana. Selanjutnya dari budhi inilah lahir yang disebut dengan nama “ahamkara”, yaitu asas kedirian atau individualis. Kemudian dari ahamkara ini lahirlah yang disebut manas, yaitu akal atau pikiran yang berfungsi untuk berpikir. Bersumber dari manas selanjutnya lahirlah Panca tan matra. Panca tan matra adalah lima unsure zat yang bersifat sangat halus yang terdiri dari :
1. Sabda tan matra (sari suara)
2. Sparsa tan matra (sari rabaan)
3. Rupa tan matra (sari warna)
4. Rasa tan matra (sari rasa)
5. Gandha tan matra (sari bau)
Dalam perkembangan selanjutnya maka munculah Panca Maha bhuta. Panca Maha Bhuta adalah lima macam unsure zat alam yang bersifat kasar, terdiri dari :
Akasa (ether atau ruangan)
Wahyu (hawa atau udara)
Teja (api)
Apah (air)
Perthiwi (tanah)
Unsur-unsur Panca Maha Bhuta ini berevolusi serta menyempurnakan bentuknya maka terciptalah Brahmanda-brahmanda. Salah satunya adalah bumi kita ini. Bumi sebagai tempat mahluk hidup keberadaanya berlapis lapis. Lapisan menuju ruang jagat raya disebut Sapta Loka yang terdiri dari :
Bhur loka (alam manusia)
Bhuwah loka (alam pitra)
Swah loka (alam dewa)
Maha loka
Jana loka
Tapa loka
Satya loka
Tingkatan tingkatan lapisan tersebut terjadi sebagai akibat dari kuat atau lemahnya menuju panas inti bumi atau Kalagni Rudra disebut sapta patala, yang terdiri dari:
Patala (kulit bumi)
Watala
Nitala
Maha –tala
Sutala
Tala-tala
Rasa tala
Lebih dari sapta patala disebutkan masih terdapat 2 lapisan lagi yang disebut, Balaga darba Maha Naraka (ruang perantara di dalam bumi) dan kalagni rudra (ruang inti bumi) yang mempunyai suhu panas sangat hebat. Demikianlah sastra sastra agama menjelaskan tentang asal mula alam semesta beserta unsure unsurnya yang sangat halus bersumber dari Tuhan. Unsure tersebut dievokusi pada “Srsti” sehingga menjadi keras atau padat, dan nanti pada saat peleburan “Pralaya” dijadikan sangat halus oleh –Nya.
Bhuana Alit
A. Pengertian Bhuana Alit
Bhuana: alam, dunia atau jagat
Alit : kecil
Jadi, Bhuana Alit adalah alam kecil atau atau sering disebut dengan Mikrokosmos
Bhuana: alam, dunia atau jagat
Alit : kecil
Jadi, Bhuana Alit adalah alam kecil atau atau sering disebut dengan Mikrokosmos
B. Proses Penciptaan Bhuana Alit
Sari-sari Panca Maha Bhuta menjadi Sad Rasa ialah manis, pahit, asam, asin, pedas dan sepat. Unsur Sad Rasa bergabung dengan unsur Citta, Budhi, Manah, Ahangkara, Dasendria, Panca Tan Mantra, Panca Maha Bhuta membentuk dua unsur benih kehidupan. Kedua benih kehidupan itu disebut Sukla dan Swanita. Sukla artinya sperma dan Swanita artinya ovum.
Pertemuan antara Sukla dan Swanita itu sama halnya dengan pertemuan antara Purusa dan Prakerti, maka muncullah ciptaan makhluk hidup yang telah memiliki Atma sebagai bagian kecil dari Parama Atman. Unsur Citta, Budhi, Manah, Ahangkara, Dasendria membentuk indria manusia, Panca Tan Mantra dan Panca Maha Bhuta, membentuk tubuh manusia, Atma memberi jiwa pada makhluk. Maka terciptalah manusia yang lengkap memiliki jiwa, pikiran, perasaan, organ tubuh yang sempurna adanya. Manusia pertama adalah Manu atau Swayambhumanu.
Sari-sari Panca Maha Bhuta menjadi Sad Rasa ialah manis, pahit, asam, asin, pedas dan sepat. Unsur Sad Rasa bergabung dengan unsur Citta, Budhi, Manah, Ahangkara, Dasendria, Panca Tan Mantra, Panca Maha Bhuta membentuk dua unsur benih kehidupan. Kedua benih kehidupan itu disebut Sukla dan Swanita. Sukla artinya sperma dan Swanita artinya ovum.
Pertemuan antara Sukla dan Swanita itu sama halnya dengan pertemuan antara Purusa dan Prakerti, maka muncullah ciptaan makhluk hidup yang telah memiliki Atma sebagai bagian kecil dari Parama Atman. Unsur Citta, Budhi, Manah, Ahangkara, Dasendria membentuk indria manusia, Panca Tan Mantra dan Panca Maha Bhuta, membentuk tubuh manusia, Atma memberi jiwa pada makhluk. Maka terciptalah manusia yang lengkap memiliki jiwa, pikiran, perasaan, organ tubuh yang sempurna adanya. Manusia pertama adalah Manu atau Swayambhumanu.
C. Unsur-unsur Pembentuk Bhuana Alit
Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit diciptakan oleh pencipta tunggal yaitu Tuhan yang menciptakan purusa dan prakrti. Pada diri manusia unsur purusa itu menjadi Jiwatma (Suksma Sarira atau Lingga Sarira), sedangkan unsur prakerti menjadi badan kasar (Sthula Sarira).
Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit diciptakan oleh pencipta tunggal yaitu Tuhan yang menciptakan purusa dan prakrti. Pada diri manusia unsur purusa itu menjadi Jiwatma (Suksma Sarira atau Lingga Sarira), sedangkan unsur prakerti menjadi badan kasar (Sthula Sarira).
Suksma Sarira terjadi pada Budhi, Manas dan Ahamkara yang disebut juga Tri Antah Karana yang artinya “tiga penyebab akhir”.
Masing – masing bagian dari Tri Antah Karana memiliki fungsi :
a. Budhi, fungsinya untuk menentukan keputusan.
b. Manas,fungsinya untuk berpikir.
c. Ahamkara, fungsinya untuk merasakan dan bertindak.
Tri Antah Karana merupakan alat batin manusia yang menentukan watak dan pikiran manusia. Pikiran inilah yang bersumber dari Dasa Indriya yang artinya sepuluh indriya. Dasa Indriya ini dikelompokkan menjadi 2 bagian antara lain:
a. Panca Budhindriya, yaitu 5 macam indriya yang berfungsi untuk mengetahui sesuatu. Terdiri dari :
1. Caksuindriya yaitu indriya pada mata yang berfungsi untuk melihat.
2. Srotendriya yaitu indriya pada telinga yang berfungsi untuk mendengar.
3. Ghranendriya yaitu indriya pada hidung yang berfungsi untuk mencium bau.
4. Jihwendriya yaitu indriya pada lidah yang berfungsi untuk mengecap rasa.
5. Twakindriya yaitu indriya pada kulit yang berfungsi untuk alat peraba.
b. Panca Karmendriya, yaitu 5 macam indriya yang berfungsi untuk melakukan sesuatu.
Terdiri dari :
1. Panindriya yaitu indriya pada tangan.
2. Padendriya yaitu indriya pada kaki.
3. Garbhendriya yaitu indriya pada perut.
4. Upasthendriya / Bhagendriya yaitu indriya pada kelamin laki – laki dan wanita.
5. Payuindriya yaitu indriya pada pelepasan anus.
Panca Budhindriya dan Panca Karmendriya tersebut terjadi karena Ahangkara yang mendapat pengaruh dari Guna Satwa.
Sthula Sarira terjadi akibat dari Panca Tanmatra yang berevolusi. Sedangkan, Panca Tanmatra terjadi sebagai akibat dari Ahangkara yang mendapat pengaruh dari Guna Tamas. Unsur – unsur dari Panca Tan Matra yaitu :
a. Sabda Tanmatra (bekas – bekas suara)
b. Sparsa Tanmatra (bekas – bekas rasa yang berasal dari sentuhan)
c. Rupa Tanmatra (bekas – bekas cahaya)
d. Rasa Tanmatra (bekas – bekas rasa yang pernah dikecap)
e. Gandha Tanmatra (bekas – bekas bau)
Masing – masing bagian dari Tri Antah Karana memiliki fungsi :
a. Budhi, fungsinya untuk menentukan keputusan.
b. Manas,fungsinya untuk berpikir.
c. Ahamkara, fungsinya untuk merasakan dan bertindak.
Tri Antah Karana merupakan alat batin manusia yang menentukan watak dan pikiran manusia. Pikiran inilah yang bersumber dari Dasa Indriya yang artinya sepuluh indriya. Dasa Indriya ini dikelompokkan menjadi 2 bagian antara lain:
a. Panca Budhindriya, yaitu 5 macam indriya yang berfungsi untuk mengetahui sesuatu. Terdiri dari :
1. Caksuindriya yaitu indriya pada mata yang berfungsi untuk melihat.
2. Srotendriya yaitu indriya pada telinga yang berfungsi untuk mendengar.
3. Ghranendriya yaitu indriya pada hidung yang berfungsi untuk mencium bau.
4. Jihwendriya yaitu indriya pada lidah yang berfungsi untuk mengecap rasa.
5. Twakindriya yaitu indriya pada kulit yang berfungsi untuk alat peraba.
b. Panca Karmendriya, yaitu 5 macam indriya yang berfungsi untuk melakukan sesuatu.
Terdiri dari :
1. Panindriya yaitu indriya pada tangan.
2. Padendriya yaitu indriya pada kaki.
3. Garbhendriya yaitu indriya pada perut.
4. Upasthendriya / Bhagendriya yaitu indriya pada kelamin laki – laki dan wanita.
5. Payuindriya yaitu indriya pada pelepasan anus.
Panca Budhindriya dan Panca Karmendriya tersebut terjadi karena Ahangkara yang mendapat pengaruh dari Guna Satwa.
Sthula Sarira terjadi akibat dari Panca Tanmatra yang berevolusi. Sedangkan, Panca Tanmatra terjadi sebagai akibat dari Ahangkara yang mendapat pengaruh dari Guna Tamas. Unsur – unsur dari Panca Tan Matra yaitu :
a. Sabda Tanmatra (bekas – bekas suara)
b. Sparsa Tanmatra (bekas – bekas rasa yang berasal dari sentuhan)
c. Rupa Tanmatra (bekas – bekas cahaya)
d. Rasa Tanmatra (bekas – bekas rasa yang pernah dikecap)
e. Gandha Tanmatra (bekas – bekas bau)
Unsur – unsur yang ada diatas tersebut selanjutnya mengalami evolusi yaitu:
a. Sabda Tanmatra dapat berubah menjadi akasa (ether). Dalam tubuh manusia berwujud segala rongga, misalnya rongga dada, mulut dan lainnya. Fungsi akasa ini yaitu untuk memunculkan perasaan marah, malu, kagum, dan nafsu birahi dalam diri manusia.
b. Sparsa Tanmatra dapat berubah bentuk menjadi bayu. Yang dalam tubuh manusia dapat berupa nafas atau udara. Fungsi bayu adalah sebagai tenaga penggerak manusia untuk melakukan kegiatan.
c. Rupa Tanmatra dapat berubah bentuk menjadi teja, yang berwujud zat atau sesuatu yang panas dalam tubuh manusia. Fungsi teja yaitu untuk memunculkan rasa mengantuk, rasa lapar, rasa marah, dan lainnya.
d. Rasa Tanmatra dapat berubah bentuk menjadi apah. Apah ini dalam tubuh manusia berwujud darah, lemak, empedu, dan segala yang bersifat cair.
e. Gandha Tanmatra dapat berubah menjadi perthiwi, yaitu zat padat yang ada dalam tubuh manusia yang meliputi tulang, urat, kulit, kuku dan lainnya.
a. Sabda Tanmatra dapat berubah menjadi akasa (ether). Dalam tubuh manusia berwujud segala rongga, misalnya rongga dada, mulut dan lainnya. Fungsi akasa ini yaitu untuk memunculkan perasaan marah, malu, kagum, dan nafsu birahi dalam diri manusia.
b. Sparsa Tanmatra dapat berubah bentuk menjadi bayu. Yang dalam tubuh manusia dapat berupa nafas atau udara. Fungsi bayu adalah sebagai tenaga penggerak manusia untuk melakukan kegiatan.
c. Rupa Tanmatra dapat berubah bentuk menjadi teja, yang berwujud zat atau sesuatu yang panas dalam tubuh manusia. Fungsi teja yaitu untuk memunculkan rasa mengantuk, rasa lapar, rasa marah, dan lainnya.
d. Rasa Tanmatra dapat berubah bentuk menjadi apah. Apah ini dalam tubuh manusia berwujud darah, lemak, empedu, dan segala yang bersifat cair.
e. Gandha Tanmatra dapat berubah menjadi perthiwi, yaitu zat padat yang ada dalam tubuh manusia yang meliputi tulang, urat, kulit, kuku dan lainnya.
Unsur lain pembentuk Bhuwana Alit (manusia)
A. Terkait dengan keberadaan Sthula Sarira
antara lain :
1. Sad Kosa (6 lapis pembungkus badan kasar manusia)
Yang terdiri dari :
a. Asti/ tawulan yaitu tulang manusia
b. Odwad yaitu otot pada manusia
c. Mamsa yaitu daging
d. Rudhira yaitu darah dan
e. Carma yaitu kulit
2. Dasa Bayu (10 macam udara dalam badan manusia)
Yang terdiri dari :
a. Prana, adalah udara yang terdapat dalam paru – paru
b. Samana, adalah udara yang terdapat dalam organ pencernaan
c. Apana, adalah udara yang terdapat pada bagian belakang/pantat manusia
d. Udana, adalah udara yang terdapat pada kerongkongan
e. Byana, adalah udara yang menyebar ke seluruh tubuh
f. Naga, adalah udara yang terdapat pada perut disaat mengempis
g. Kumara, adalah udara yang keluar dari badan, tangan, dan jari – jari
h. Krakara, adalah udara yang keluar pada saat bersin
i. Dewadatta, adalah udara yang keluar saat kita menguap
j. Dananjaya, adalah udara yang member makan pada badan
antara lain :
1. Sad Kosa (6 lapis pembungkus badan kasar manusia)
Yang terdiri dari :
a. Asti/ tawulan yaitu tulang manusia
b. Odwad yaitu otot pada manusia
c. Mamsa yaitu daging
d. Rudhira yaitu darah dan
e. Carma yaitu kulit
2. Dasa Bayu (10 macam udara dalam badan manusia)
Yang terdiri dari :
a. Prana, adalah udara yang terdapat dalam paru – paru
b. Samana, adalah udara yang terdapat dalam organ pencernaan
c. Apana, adalah udara yang terdapat pada bagian belakang/pantat manusia
d. Udana, adalah udara yang terdapat pada kerongkongan
e. Byana, adalah udara yang menyebar ke seluruh tubuh
f. Naga, adalah udara yang terdapat pada perut disaat mengempis
g. Kumara, adalah udara yang keluar dari badan, tangan, dan jari – jari
h. Krakara, adalah udara yang keluar pada saat bersin
i. Dewadatta, adalah udara yang keluar saat kita menguap
j. Dananjaya, adalah udara yang member makan pada badan
B. Terkait dengan Suksma Sarira atau badan halus manusia
Yaitu 5 macam unsur pembungkus suksma sarira atau disebut dengan Panca Mayakosa yang terdiri dari :
a. Anamaya Kosa yaitu unsur pembungkus yang berasal dari sari makanan
b. Pranamaya Kosa yaitu unsur pembungkus yang berasal dari sari nafas
c. Wijnanamaya Kosa yaitu unsur pembungkus yang berasal dari sari pengetahuan
d. Manomaya Kosa yaitu unsur pembungkus yang berasal dari kebahagiaan.
Yaitu 5 macam unsur pembungkus suksma sarira atau disebut dengan Panca Mayakosa yang terdiri dari :
a. Anamaya Kosa yaitu unsur pembungkus yang berasal dari sari makanan
b. Pranamaya Kosa yaitu unsur pembungkus yang berasal dari sari nafas
c. Wijnanamaya Kosa yaitu unsur pembungkus yang berasal dari sari pengetahuan
d. Manomaya Kosa yaitu unsur pembungkus yang berasal dari kebahagiaan.
C. Sloka-sloka Mengenai Penciptaan Bhuana Alit
Kitab Manawa Dharma Sastra 1.9
“So’bhidhayaya carirat swatsisrksur wiwidhah prajah, apa ewasa sarja dan tasu bija mawa bijat”
Artinya: Ya Tuhan yang menciptakan dari dirinya sendiri semua makhluk hidup yang beraneka ragam, mula-mula dengan pikirannya, terciptalah air dan dan meletakkan benih-benih kehidupan pada air itu.
“So’bhidhayaya carirat swatsisrksur wiwidhah prajah, apa ewasa sarja dan tasu bija mawa bijat”
Artinya: Ya Tuhan yang menciptakan dari dirinya sendiri semua makhluk hidup yang beraneka ragam, mula-mula dengan pikirannya, terciptalah air dan dan meletakkan benih-benih kehidupan pada air itu.
Kitab Bhagawad Gita XIV.3
“Mama yonir mahad brahma, tasmin garbham dadhamy aham sambhavah’sarwabhutanam tato bhavati bharata”
Artinya: KandunganKu adalah Brahma Yang Esa di dalamnya Aku letakkan benih dan dari sanalah terlahir semua makhluk, wahai Bharata.
“Mama yonir mahad brahma, tasmin garbham dadhamy aham sambhavah’sarwabhutanam tato bhavati bharata”
Artinya: KandunganKu adalah Brahma Yang Esa di dalamnya Aku letakkan benih dan dari sanalah terlahir semua makhluk, wahai Bharata.
Kitab Manawa Dharma Sastra 1.41
“Ewwametairidam sarwam manniyoganmahatmabhih yathakarma tapoyogatsrstam sthawarajabggamam”
Artinya : Demikianlah semua ciptaan, yang bergerak maupun yang tidak bergerak, diciptakan oleh mereka yang Maha Atma dengan kekuatan tapanya, semuanya atas perintah-Ku dan menurut hasil daripada perbuatannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar