DASAR YADNYA
Pelaksanaan yadnya tidak hanya begitu saja dilaksanakan oleh umat Hindu. Akan tetapi yadnya yang dilaksanakan sesungguhnya memiliki dasar yang kuat baik yang berupa sabda suci tuhan maupun ajaran smerti. Yang menjadi pokok dasar dilaksanakannya yadnya adalah sesuai dengan sastra suci veda yang merupakan wahyu Tuhan. Adapun weda yang memuat adanya pelaksanaan yadnya adalah pada
Rg.veda X.90 yang kemudian ditegaskan pada kitab upanisad dan diperjelas lagi dalam Bhagawadgita serta diajarkan dalam beberapa susastra Hindu lainnya.
Pada Rg.veda X.90 yang memberikan ide pertama dilaksanakannya yadnya menyatakan bahwa “alam ini ada berdasarkan yadnya-Nya (Maha Purusa), dg yadnya dewa memelihara manusia & dg yadnya manusia memelihara Dewa”. Ini berarti bahwa yang menjadi dasar adanya alam semesta beserta isinya ini adalah adanya yadnya Tuhan dalam manifestasinya sebagai Maha Purusa. Selanjutnya para dewa yang merupakan sinar suci dari Tuhan pun memelihara kehidupan dialam semesta ini dengan yadnya, sehingga dengan demikian manusia pun harus melaksanakan yadnya untuk memelihara dewa. Adanya hubungan timbal balik antara manusia dan dewa serta dengan terjaganya saling memelihara ini akan menciptakan kebahagiaan bagi semua mahluk, seperti apa yang tersurat dalam Bhagawad gita III.11 yang isinya adalah “saling memelihara satu sama lain maka manusia akan mencapai kebahagiaan”. Ketika hubungan timbal balik ini tidak dilaksanakan niscaya alam semesta ini akan hancur. Kita tahu bahwa Tuhan melingkupi serta menyusupi semua yang ada, jadi ketika kita tidak bisa menjaga hubungan yang harmonis dengan Tuhan, sesama manusia dan dengan alam yang notabene adalah bagian dari kemahakuasaan Tuhan akan menimbulkan kesengsaraan. Misalnya saja kita tidak menghormati lingkungan maka pastinya alam pun akan tidak bersahabat dengan manusia itu sendiri.
Selain daripada itu kelahiran manusia ke mayapada (dunia yang penuh dengan ketidak kekalan) ini sesungguhnya telah berbekal hutang yang harus dibayar dengan melaksanakan yadnya. Hal ini termuat dalam kitab Manawa dharma sastra VI.35 yang menyebutkan bahwa “pikiran (manah) yang ada dalam diri kita masing-2 baru dapat diarahkan pada kelepasan setelah melunasi 3 hutang yang kita miliki”. Jadi sebelum kita dapat melunasi hutang-hutang itu, kita tidak akan mencapai tujuan akhir agama Hindu yang disebutMoksartham jagadhita ya ca iti dharma (Kelepasan dan kebahagiaan sejati didunia)
Mengenai tiga hutang yang dibawa sejak lahir disebut dengan Tri Rna yang bagian-bagiannya adalah :Dewa rna, Pitra Rna, dan Rsi Rna.
TUJUAN YADNYA
Adapun tujuan dari pelaksanaan yang dilakukan umat adalah sebagai berikut:
- untuk mengamalkan ajaran veda
dengan melaksanakan yadnya berarti bahwa umat telah menjalankan ajaran Weda. Karena dalam weda diajarkan bahwa dengan adanya yadnya alam beserta isinya ini ada dan umat manusia pun harus melaksanakan yadnya. Hal ini dijelaskan dalam beberapa kita suci seperti Rg.veda X.71, 11 dan Bhagavadgita VII.16
- Untuk meningkatkan kwalitas diri
Semua mahluk dan khususnya juga manusia dilahirkan kedunia dikarenakan oleh karmawasana nya. Kelahiran sebagai manusia dikatakan bersifat utama karena terlahir sebagai manusia kita dapat menolong diri kita dari lembah kesengsaraan dengan memanfaatkan kelebihan yang diberikan yaitu Idep (pikiran). Dengan pikiran inilah kita dapat mempertimbangkan segala gerak tingkah laku kita apakah sudah sesuai dengan ajaran etika agama ataukah tidak.
Kadang kala manusia sering lupa dengan jati dirinya, maka melalui yadnya manusia akan bisa eling (ingat) dengan jati dirinya sehingga ia bisa berbuat yang lebih baik dan meningkatkan kwalitas dirinya sebagai mahluk dan pada akhirnya mencapai Tuhan. Kitab yang menjelaskan tentang tujuan yadnya untuk meningkatkan kwalitas diri terdapat dalam Sarasamusccaya, 81.
- Untuk penyucian
Pelaksanaan yadnya yang dilakukan umat akan dapat memberikan kesucian pada pikiran, perkataan dan perbuatan manusia serta dapat pula mensucikan alam semesta dan mengangkat kwalitas mahluk hidup lainnya. Contoh dimana yadnya dapat memberikan kesucian pada umat adalah ketika umat melaksanaan yadnya sudah barang tentu umat tersebut (yajamana) harus bisa mengendalikan dirinya agar terhindar dari kekotoran (mala). Alam semesta dapat disucikan dengan salah satu bentuk yadnya yang berupa ritual yang disebut dengan Butha yadnya dan dapat pula dilakukan dengan cara pelestarian alam melalui cara memelihara lingkungan karena yadnya bukan hanya sebatas ritual tapi juga dalam bentuk perbuatan, pemujaan serta persembahan. Yadnya dapat memberikan penyucian dijelaskan dalam kitab Bhagavadgita XIV.16 dan Manawa dharma sastra V.109
- Sarana berhubungan dengan tuhan
Hindu mengajarkan tentang konsepsi ketuhanan yang Nirguna tattwam dan saguna tattwam. Konsep Tuhan yang Nirguna berarti bahwa Tuhan itu satu dan tidak ada yang kedua serta keberadaan Tuhan tidak dapat digambarkan karena sifat Tuhan yang Acintya (tak terpikirkan). Sehingga untuk berhubungan dengan Tuhan harus dengan cara melaksanakan yadnya. Tanpa yadnya manusia tidak akan bisa berhubungan dengan tuhan karena manusia telah dipengaruhi oleh Awidya (kegelapan, kebodohan, ketidak tahuan). Dengan melaksanakan yadnya umat akan dapat merasakan kehadiran Tuhan walaupun sebenarnya Tuhan itu ada dimana-mana (wyapi wyapaka nirwikara). Mengenai hal ini dejelaskan dalam kitab Rg.weda III.54.5 dan Bhagawadgita VII.8
- Mencetuskan rasa terima kasih
Sebagaimana yang telah diuraikan diatas, bahwa alam semesta beserta segala isinya diciptakan oleh Tuhan dengan yadnya-Nya. Tuhan juga memberikan segala anugerah kepada umat manusia dan semua mahluk. Jadi untuk menunjukan rasa terima kasih yang mendalam atas segala anugerah Tuhan maka patutlah sebagai umat manusia melaksanakan yadnya dengan cara melakukan pemujaan serta mempersembahkan sebagian kecil dari anugerah-Nya dengan hati yang tulus dan ikhlas. Jangan sampai ketika kita diberikan kebahagiaan, lalu kita lupa dengan kebesaran Tuhan dan hanya ingat bila mendapatkan kesusahan saja. Pada intinya manusia harus bisa berterima kasih pada Tuhan dengan yadnya. Mengenai tujuan yadnya untuk mencetuskan rasa terima kasih dijelaskan dalam Sarasamusccaya I.4, Bhagawadgita III.11, Bhagawadgita III.16 dan Rg.veda Viii.69.9
Tidak ada komentar:
Posting Komentar