Translate

Jumat, 07 Oktober 2016

TERJADINYA BHUANA AGUNG

     Menurut ajaran Agama Hindu, alam semesta berasal dari Bhatara Siwa yang disebut juga Rudra, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Prosesnya dimulai dari yang paling halus/gaib kemudian menjadi lebih kasar/nyata. Disebutkan ada 12 tahapan dengan istilah “Tattwa Rwawelas” yakni: Bhatara Siwa (Rudra), Sang Purusa (Brahman), Awyakta (Wisnu), Budhi yang bersifat sattwa, Ahamkara yang bersifat rajah, Panca Tan Matra yang bersifat tamah, Manah, Akasa, Bayu, Agni, Apah, dan Perthiwi. Bhuana Agung diciptakan secara bertahap. Berawal dari kekuatan tapa-Nya, terciptalah dua kekuatan yang disebut Purusa (Unsur dasar yang bersifat kejiwaan atau rohani) dan Prakerti (Unsur dasar yang bersifat kebendaan atau jasmani).
     Selanjutnya dari pertemuan Purusa dan Praketri munculah zat yang sangat halus yang disebut dengan “citta”. Citta yang terpengaruh oleh kekuatan Tri Guna yaitu Sattwam, Rajas, dan Tamas sehingga terciptalah unsur Buddhi, Manah dan Ahamkara. Pada tahapan berikutnya setelah muncul Tri Guna terciptalah dasendriya oleh kekuatan tapa-Nya Brahman, maka muncullah Panca Tan Matra yaitu lima unsur zat yang bersifat halus. Dari unsur-unsur Panca Tan Matra inilah muncul Panca Maha Bhuta yaitu lima macam unsur zat alam yang bersifat lebih kasar dari Panca Tan Matra. Panca Maha Bhuta berevolusi serta menyempurnakan bentuknya dan terciptalah Brahmanda-Brahmanda yang salah satunya adalah Bumi. Bumi sebagai sebagai tempat makhluk hidup keberadaannya berlapis-lapis.

Lapisan menuju ruang jagat raya disebut “Sapta Loka” yang terdiri dari:
a) Bhur Loka (alam manusia)
b) Bhuwah Loka (alam pitra)
c) Swah Loka (alam dewa)
d) Maha Loka
e) Jana Loka
f) Tapa Loka
g) Satya Loka (ruang vakum = Nirgunan Brahman)

Lapisan menuju inti Bumi atau “Kalagni Rudra” disebut “Sapta Patala” yang terdiri dari :
a) Atala
b) Vitala
c) Sutala
d) Talatala
e) Mahatala
f) Rasatala
g) Patala

      Demikian Agama Hindu menjelaskan tentang asal mula terjadinya unsur-unsur bhuana agung yang pada mulanya bersifat sangat halus. Pada masa “Srsti” dievolusi oleh Tuhan sehingga menjadi mengeras, dan pada saat “Pralaya” nanti diolah lagi oleh Tuhan untuk dikembalikan pada sifat yang sangat halus itu melalui hukum-Nya yang disebut dengan “Rta”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar