Translate

Jumat, 23 Oktober 2015

TRI RNA MENURUT HINDU


Pengertian Tri Rna
Tri Rna berasal dari kata Tri dan Rna
Tri artinya tiga 
Rna artinya utang. 
Jadi, Tri Rna artinya, tiga utang yang dimiliki oleh manusia dan harus dibayar dengan Yadnya.

Pembagian Tri Rna
  1. Dewa Rna adalah hutang yang dimiliki oleh manusia kehadapan Ida Sang Hyang Widhi atas jasa-Nya menciptakan alam beserta isinya.
  2. Pitra Rna adalah hutang yang kita miliki kehadapan para leluhur atau orang tua atas jasanya melahirkan, memelihara, dan membesarkan kita di dunia.
  3. Rsi Rna adalah hutang yang dimiliki oleh manusia kehadapan para Rsi (orang suci) atas jasanya mengajarkan ilmu pengetahuan suci kepada kita.
Hubungan Tri Rna dengan Panca Yadnya

a. Dewa Rna, yaitu hutang kehadapan Ida Sang Hyang Widhi (Tuhan) di tebus dengan melaksanakan dua jenis Yadnya, yaitu
  1. Dewa Yadnya adalah Yadnya yang ditujukan kehadapan Tuhan beserta manifestasinya, yaitu para Dewa. Dewa berasal dari akar kata “Div” (Sanskerta) yang artinya sinar, atau cahaya. Dewa itu sendiri tidaklah sama dengan Tuhan melainkan hanyalah ciptaan-Nya.
  2. Bhuta Yadnya “Bhu” berarti adalah Yadnya kepada Bhuta Kala. Bhuta berasal dari kata “energi” yang ada (unsur alam semesta) “kala” berarti “energi” kekuatan. Jadi, Bhuta Kalaberarti unsur-unsur alam dengan kekuatan yang dimiliki.
Jadi, yang termasuk bhuta adalah unsur-unsur alam serial makhluk hidup ciptaan Tuhan, seperti tanah, air, api, tumbuh-tumbuhan, binatang, dan gumatat-gumitit lainnya. 
Kenyataannya unsur-unsur serta ciptaan Tuhan itulah yang membantu kehidupan di dunia ini dan sebagai tanda terima kasih, diselenggarakan pula Yadnya kepada-Nya. Dengan demikian, Bhuta Yadnya adalah Yadnya kepada unsur-unsur alam serta semua ciptaan Tuhan. Dalam hal ini termasuk: manusia, pitra, rsi, dan dewa, karena telah ditetapkan Yadnya tersendiri untuk ciptaan-Nya itu.

Tetapi kalau diperhatikan lebih lanjut, unsur-unsur alam serta ciptaan Tuhan itu tidak selalu menolong kehidupan kehidupan manusia kadang-kadang menimbulkan bencana, misalnya air bah, api mengamuk tanah bergoyang (gempa), dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan atau energy serta perbuatan dari ciptaan-Nya itu tidak tetap.
b.   Pitra Rna adalah rasa berhutang kepada leluhur/orang tua sebagai wujud dari penebusan Pitra Rnaini dapat dilakukan dengan melaksanakan dua Yadnya, yaitu: 
1. Pitra Yadnya, adalah Yadnya yang ditujukan kepada para leluhur atau orang tua sejak meninggal sampai mendapat tempat yang layak di alam kedewataan. Pitra (pitara) berasal dari kata Pitriyang artinya, leluhur. Melaksanakan Yadnya dalam hal ini bertujuan untuk mengembalikan roh leluhur kepada asalnya, yaitu Sang Pencipta.

Yang mempunyai arti hampir sama dengan pitara adalah Preta, yaitu roh leluhur yang masih dekat dengan manusia, sehingga sering mengganggu manusia. 
Pelaksanaan Pitra Yadnya di Bali ada dua tahapan, yaitu Ngaben adalah upacara yang bertujuan untuk mengembalikan jasad manusia kepada asalnya, yaitu Sang Panca Maa Bhuta. Yang paling banyak dilakukan adalah dengan cara membakar jenasahnya, karena hal ini dianggap paling cepat akan sampai pada tujuannya. Tahap yang kedua adalah upacara Atma Wedana yang juga disebut dengan ngerorasin. 
Upacara ini hanya boleh dilaksanakan setela pengabenan: selesai dan dapat dilakukan beberapa kali sesuai dengan tingkatannya. 
2. Manusa Yadnya, yaitu Yadnya yang dilakukan kepada seseorang saja mulai dalam kandungan sampai meninggal. Konsepsi agama Hindu tentang kehidupan adalah percaya dengan adanya reinkarnasi, yaitu roh leluhur akan menitis kembali pada orang-orang tertentu. Selanjutnya pula disadari pula bahwa tujuan menjelma kembali adalah untuk memperbaharui kesalahannya (dosa) yang terdaulu. Yadnya yang dilaksanakan adalah Yadnya yang bersifat jasmani dan rohani sehingga betul-betul dapat meningkatkan kualitas hidupnya.

c. Rsi Rna adalah hutang yang kita miliki kehadapan para Rsi atau orang suci. Hutang ini akan dapat ditebus dengan melaksanakan Rsi Yadnya. Rsi adalah orang-orang suci yang berjasa dalam menerima wahyu Tuhan atau ajaran suci Tuhan untuk disampaikan pada para pengikutnya. Dalam kehidupan beragama dewasa ini, Rsi Yadnya tidaklah semata-mata ditujukan kepada para Rsi zaman dulu saja, akan tetapi juga kepada Beliau yang berjasa dalam mengajarkan ilmu pengetahuan suci kepada kita semua. Wujud nyata bagi kita melaksanakan Rsi Yadnya adalah dengan jalan mengamalkan ajarannya dalam setiap tingkah laku di dunia ini. Di samping itu, beryadnya kepada para Pedanda dan Pemangku yang memimpin pelaksanaan suatu upacara adalah juga melaksanakan Yadnya. Semua Yadnya yang dilaksanakan pada akhirnya yang menerima serta memberkati adalah Ida Sang Hyang Widhi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar