Translate

Kamis, 24 September 2015

PURA GUNUNG RAUNG TARO

Pura Gunung Raung

  Pura Gunung Raung berlokasi di desa Taro Kecamatan Tegalalang Kabupaten Gianyar. Pura ini di bangun oleh Maharsi Markandya , seorang yogi dari Gunung Raung. Setelah beberapa lama tinggal di Gunung Raung, dan setelah mendapatkan petunjuk gaib, maka Rsi Markadya melakukan ekspedisi ke Bali dengan membawa 800 orang pengikut.

1. Sejarah Pura
Berdasarkan sejumlah sumber tertulis seperti purana, prasasti, usana, babad, pamancangah dan tatwa, pada jaman dahulu Pura Gunung Raung dibangun berkat kehendak Maharsi Markandeya. Beliau merupakan seorang mahayogi yang sangat utama berasal dari keturunan warga Brgu.
Diceritakan pada jaman dahulu seorang Maharsi yang bernama Maharsi Markandya membangun pertapaan di Gunung Raung Jawa Timur. Maka disuruhlah murid-murid beliau merambas hutan dan membangun pasraman serta pondok-pondok. Di sana beliau tinggal dan bertapa.

 Entah berapa lama beliau tinggal dan bertapa disana, tiba-tiba terlihat sinar menyala menjulang ke angkasa. Pada saat itu terdengar sabda Sang Hyang Jagatnatha di angkasa meminta agar Maharsi Markandeya pergi kearah timur menuju Balipulina 
Tidak diceritakan lebih lanjut kemudian sang Maharsi mengumpulkan para pemimpin desa. Ada keinginan beliau untuk memindahkan atau membuat replika pasraman beliau yang ada di Gunung Raung Jawa Timur. Setelah semua setuju, maka para penduduk membangun tempat suci tersebut. Setelah selesai dan kemudian di upacarai, selanjutnya parahyangan itu diberi nama Parahyangan Gunung Raung. sekarang disebut Pura Agung Gunung Raung.

2. Struktur Pura
Pura Gunung raung memiliki empat buah gapura (pemedal), masing masing berada di empat penjuru mata angin. Pemedal disebelah barat ditujukan untuk Bhatara dari Gunung Raung. Pemedal di sisi utara dan selatan untuk keluar masuk umat. Sedangkan pemedal sisi timur adalah tempat keluar masuk sesuhunan yang berstana di Pura Gunung Raung. Pemedal ini sangat keramat. Pemedal ini dijaga dan diawasi oleh Ida Bhatara Dalem Murwa.
Tidak lama kemudian, murid-murid beliau membangun beberapa palinggih utama, Meru tumpang tiga sebagai stana dari Ida Bhatara Sakti Sesuhunan di Pura Gunung Raung. Kemudian dibangun bale kulkul, kulku (kenongan) hanya dibunyikan saat Ida Bhatara dimohonkan untuk turun dari kahyangan bila akan dilaksanakan upacara melasti. Selanjutnya juga dibangun Bale Agung dengan 11 ruang dan 24 tiang.
Raja-raja di bali yang pernah mengadakan upacara atau memperbaiki kondisi pura antara lain disebutkan, Sri Haji Kesari Warmadewa, Sri Dharma Udayana bersama permaisuri Gunapriya Dharmapatni, Dalem Waturenggong. Raja dari Mangupura juga pernah melakukan pemugaran.
Menurut purana, tunggul Pura Gunung Raung, disebutkan pura Gunung Raung merupakan salah satu pura dang kahyangan.
Desa Pekraman Taro memiliki suatu keyakinan terhadap satwa lembu putih, bahwa lembu tersebut adalah binatang suci yang patu dilindungi dan dikeramatkan, karena dianggap sebagai perwujudan lembu Nandini yaitu tunggangan Dewa Siwa. Oleh karena itu keberadaan lembu tersebut sampai saat ini masih tetap dilestarikan.

Referensi:
Selayang Pandang Kahyangan Jagat Pura gunung Raung dan Karya Agung Panca Wali Krama Penyegjeg Jagat; Desa Pekraman Taro Kaja; 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar